Perlu pamahaman untuk menetralisir ajaran sugestif "dipangku mati" dari para wali yg selama 500 th lebih dikenakan pada orang Jawa.
Sejak meletusnya gunung Merapi terakhir ini ilmu itu sudah babar, tak bertuah lagi, malah berbalik, lihat saja orang2 yg tertipu tidak Jawa lagi 'ilang jawané' berebut jadi pejabat setelah jadi menerima Pangkon lalu mati hatinya nyolong korupsi dan lain2 kelakuan yg mencerminkan matinya hati.
Orang Jawa bukan orang keturunan jawa namun orang yang 'nJawa' atau orang yg mengerti Kamanungsan, meski keturunan jawa kl meninggalkan Kamanungsan itu namanya 'ilang jawané'.
Ketika berdiri sendiri masih bernama "pangkon" tetapi ketika memangku suatu aksara bakal jadi bukan apa2 berbunyipun tidak. Sedang kalimat masih terus berlanjut soal aksara dipangku mati bukan masalah karena UKARA tidak mati bahkan TEMBUNG demi TEMBUNG makin sempurna dengan adanya pangkon dan memang harus ada pangku memangku dlm cerita Jawa... UKARA demi UKARA akan makin indah terus bersambung sinambung jadi SASTRA....
Kalau mau ikut memperkuat negeri ini orang jawa harus kembali dan jadi SASTRA bukan jadi aksara yg dipangku mati, biar saja yg bikin ilmu dipangku mati merasakan sendiri kepalsuan2 yg dibuatnya.....
ORANG JAWA ADALAH SASTRA...
Kita jalan terus Nusantara Jaya.
.
.
Copas : Mulyo Prasetyanto
0 komentar:
Trimakasih atas kunjunganya